Pabrikan komputer asal Taiwan itu menghadirkan komputer jinjing NX90 yang diklaim paling ampuh untuk memuaskan selera audio-visual bercita rasa tinggi. Business Development Manager Asus Indonesia Juliana Chen mengatakan kualitas suara yang dihasilkan laptop Asus NX bisa diandalkan karena menggunakan teknologi SonicLaster Premium. Dalam teknologi tersebut, Asus membenamkan speaker berdiameter 3,2 sentimeter dan chamber 108 sisi. Sedangkan laptop pada umumnya hanya menggunakan speaker dan chamber berukuran 2 sentimeter serta 20 sisi. Itu yang membuat suaranya lebih besar dan jernih, kata Juliana di Jakarta, Kamis lalu. Untuk desain notebook dengan layar seluas 18,4 inci ini, Asus menggandeng seorang perancang ternama, David L e w i s , yang banyak menciptakan terobosan model untuk Bang and Olufsen. Komputer berbobot 4,4 kilogram ini memiliki dua unit trackpad yang terletak di sisi kanan dan kiri keyboard. Ini untuk memudahkan pengguna yang kidal, kata Juliana. Ketika dilipat, komputer yang terbuat dari polish aluminum yang biasa digunakan sebagai bahan piano ini membentuk seperti mata elang (eagle eye). Country Manager Asus Indonesia Willy Halim mengatakan, untuk tahap awal, komputer yang ditujukan untuk kalangan high-end dan full audio ini tidak digelontorkan ke pasar dalam jumlah yang banyak. Satu unit Asus NX 90 dibanderol US$ 2.609 atau sekitar Rp 23 juta. Namun, apabila terlalu berat dengan bobot Asus NX90, vendor komputer yang berkantor pusat di Taipei ini menawarkan Asus N43, yang bisa menjadi alternatif pilihan dengan harga US$ 1.259 (sekitar Rp 11 juta) per unit. Pada kesempatan itu, Asus juga merilis generasi kedua notebook yang menggunakan bahan dari bambu. Bambu dipilih karena menjadi simbol elegan di Cina, kuat dan tidak mengandung zat berbahaya. Bahan bambu mengurangi 25 persen penggunaan plastik, kata Juliana. Notebook U Bamboo ini ditujukan bagi mereka yang memilih gaya sekaligus menunjukkan kepedulian pengguna kepada lingkungan. Tampil dengan eksterior bambu cokelat, laptop yang bisa didaur ulang ini dibanderol US$ 1.209 (sekitar Rp 10 juta). Pada ketiga notebook tersebut, Asus membenamkan USB 3.0 yang bekerja sepuluh kali lipat lebih cepat ketimbang USB 2.0 dan 1,6 kali lebih kencang dibanding eSata. USB 3.0 juga dinilai lebih cepat 40 persen untuk mencharge baterai, mampu mentransfer satu lagu dalam tempo 0,01 detik, dan 70 detik untuk mengirim Blu-ray dengan kapasitas 25 gigabita. Sehingga tidak boros listrik, kata Juliana. Asus juga menggunakan Super Hybrid Engine (SHE) yang dapat memonitor beban proses dan menghantarkan daya sesuai dengan kebutuhan. Ketiganya juga berjalan dengan sistem operasi Windows 7 Home Premium asli dan dibenamkan prosesor Intel Core.